Wednesday, December 14, 2011

Power Supply Unit untuk Komputer

Pengertian umum Power Supply Unit (PSU) adalah sirkuit di dalam hardware (perangkat keras) suatu mesin atau unit peralatan tertentu, yang bertugas mengubah listrik yang masuk menjadi voltage yang dibutuhkan untuk pemakaian internal dari komponen elektronik yang ada pada mesin atau unit peralatan itu sendiri.  Pada komputer (PC), PSU adalah sirkuit yang merupakan bagian atau komponen dari sebuah PC yang terkoneksi langsung ke sumber arus AC dan bertugas mengubah arus AC tersebut menjadi DC yang kemudian dibagikan ke semua komponen yang membutuhkan yang ada di dalam PC itu sendiri, misalnya ke motherboard, HDD, optical drive, dan lain-lainnya. PSU tersebut memang dirancang untuk mengubah arus AC menjadi arus DC.
Ketika seseorang membeli komputer, jarang sekali memperhitungkan jenis, mutu, dan kemampuan power supply yang digunakan. Umumnya hanya memperhitungkan jenis dan kecepatan prosesor, motherboard, kapasitas RAM, kapasitas harddisk, kartu grafis atau komponen lainnya. Padahal, power supply (PSU) termasuk komponen yang sangat penting dan perlu diperhitungkan. PSU inilah yang memasok daya yang digunakan oleh semua komponen komputer yang terpasang saat itu. Kesalahan pemilihan PSU dapat mengakibatkan komputer tidak dapat beroperasi normal, bermasalah, atau bahkan dapat menimbulkan kerusakan pada komponen-komponen komputer yang lain. PSU berkualitas rendah, biasanya ditandai oleh harganya yang murah, ketika digunakan sering menimbulkan masalah-masalah seperti yang telah disebutkan tadi. Perlu diketahui bahwa komputer-komputer baru kelas high-end sering kali menghendaki PSU bermutu tinggi yang mampu menghasilkan daya yang tinggi.

PSU (Power Supply Unit) sering juga disebut dengan nama catu daya. PSU yang digunakan untuk komputer, banyak sekali jenisnya dengan jalur-jalur pasokan listrik yang beragam, baik dalam desain, ukuran, kemampuan/kapasitas, dan sebagainya.. Pada bab ini hanya dibahas jenis-jenis PSU yang biasa digunakan untuk komputer desktop IBM PC atau yang kompatibel dengannya.
Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa PSU adalah komponen yang bertugas memasok listrik ke komponen lain (komponen internal) di dalam komputer. Di Indonesia, biasanya, sumber (input) listrik ini diperoleh dari listrik PLN dalam bentuk arus AC. Di dalam PSU, arus AC (Alternating Current) bertegangan tinggi tersebut diubah menjadi arus DC (Direct Current) bertegangan rendah. Arus DC inilah yang dikirimkan (dibagikan) ke berbagai komponen komputer yang memerlukannya.


AC (Alternating Current) adalah arus listrik yang tegangan dan arahnya berganti-ganti secara berkala, sering disebut dengan nama arus bolak balik. AC adalah bentuk transmisi elektris untuk mengirim informasi jarak jauh yang  biasa digunakan dalam elektronik. AC mulai dari voltase reference yang besarnya 0 Volt, kemudian melalui tahap positif (positive phase), kembali lagi ke voltase reference, kemudian melalui tahap negatif (negative phase), akhirnya kembali lagi ke titik reference-nya. Dengan demikian terselesaikanlah satu siklus sempurna.
DC (Direct Current) atau arus searah, adalah arus listrik yang jalannya searah, dari kutub yang satu ke kutub yang lain, misalnya arus listrik pada aki (accu).


Di sebagian negara, misalnya di Jepang, Taiwan, Amerika Utara dan Amerika Selatan, sumber listriknya bertegangan 100 Volt hingga 127 Volt. Sedangkan di Indonesia dan sebagian besar negara di dunia, sumber listriknya bertegangan 220 Volt hingga 240 Volt. Beberapa jenis (model) PSU memiliki kemampuan untuk menerima masukan (input) listrik 115 Volt maupun 230 Volt. Pada PSU tersebut, terdapat tombol pengatur yang berfungsi untuk mengatur besarnya input tegangan listrik yang dapat diterima. Biasanya terdapat dua pilihan yang harus dipilih salah satu, yaitu tombol tersebut diarahkan ke 115 Volt, atau diarahkan ke 230 Volt. Jika dipilih tegangan 115 Volt, berarti PSU tersebut hanya dapat menerima sumber listrik bertegangan 115 Volt. Bila tegangan sumber listrik melebihi 115 Volt, dapat merusak PSU. Sebaliknya, bila dipilih tegangan 230 Volt, berarti PSU tersebut hanya dapat menerima sumber listrik bertegangan 230 Volt. Bila kurang dari nilai tersebut, PSU tidak akan berfungsi sempurna. Sebagian model PSU memiliki sensor otomatis yang mampu mengatur/memilih input tegangan secara otomatis, sehingga PSU tersebut dengan sendirinya mampu menerima input tegangan dari sumber listrik pada kisaran 100 Volt hingga 240 Volt tanpa melibatkan penekanan tombol pengatur tegangan seperti pada PSU konvensional.
Kadangkala, selain terdapat tombol pengatur tegangan (untuk memilih tegangan input), terdapat pula tombol/saklar on/off (power switch) untuk memutus atau menyambungkan aliran listrik secara manual. Tidak semua PSU memiliki tombol on/off dan tombol pengatur tegangan. Ada pula PSU yang tidak memiliki kedua macam tombol tadi. Keberadaan kedua macam tombol tersebut bersifat opsional.


1. Wujud fisik PSU

Umumnya, PSU didesain berbentuk kotak, menggunakan case (bungkus luar) terbuat dari logam. Ukuran (dimensi) kotak tersebut biasanya berukuran panjang 150 mm, tinggi 86 mm, dengan lebar (kedalaman) 140 mm. Lebar PSU tersebut bervariasi bergantung produsen pembuatnya. Merk PSU yang berbeda, seringkali memiliki lebar yang berbeda.
Pada bagian belakang PSU terdapat bundel kabel yang muncul dari salah satu ujung PSU. Bundel kabel ini membawa output tegangan/daya untuk dikirimkan ke berbagai komponen komputer yang membutuhkannya. Selain itu, pada sisi yang lain, terdapat juga lubang ventilasi udara yang dilengkapi dengan kipas untuk membuang panas yang dikeluarkan oleh PSU, serta terdapat konektor IEC C14 yang merupakan saluran tempat masuknya input (pasokan) listrik AC dari sumber listrik tertentu (misalnya dari listrik PLN). Pada bagian samping kotak (case) PSU biasanya juga terdapat label yang berisi informasi teknis tentang listrik, misalnya informasi tentang tegangan dan daya yang dikeluarkan oleh PSU (output) pada setiap saluran kabel yang ada.

Sebagian besar PSU yang beredar di Indonesia sekarang ini didesain berdasar form factor ATX, serta dirancang agar dapat dimatikan dan dinyalakan dengan menggunakan (berdasarkan) sinyal yang dikirimkan dari motherboard. Bahkan sebagian model PSU tersebut juga dilengkapi kemampuan untuk menjalankan fungsi-fungsi modern seperti standby mode (modus siaga). Pada pertengahan tahun 2008, diperkenalkan versi PSU terbaru saat itu, yaitu PSU ATX versi 2.31.



2. Kemampuan PSU

Kemampuan sebuah PSU biasanya diukur berdasarkan besarnya daya listrik maksimum yang dapat dikeluarkan oleh PSU yang bersangkutan. Khususnya, untuk komputer-komputer rumahan, yang penggunaannya terbatas, hanya untuk aplikasi ringan atau keperluan biasa sehari-hari seperti membuat makalah, pengerjaan administrasi, browsing di Internet, burning atau memainkan CD/DVD, melihat film atau semacamnya, umumnya menggunakan PSU yang memiliki rentang daya listrik berkisar 300 Watt sampai dengan 500 Watt. Sedangkan untuk kebutuhan aplikasi atau game yang agak berat, misalnya untuk kebutuhan para gamer dan enthusiast (penggemar berat) komputer, diperlukan PSU yang memiliki daya 450 Watt hingga 1400 Watt. Namun, komputer-komputer yang khusus digunakan untuk game biasanya menggunakan power supply yang memiliki daya pada kisaran 500 Watt hingga 800 Watt. Apabila menggunakan kelas komputer yang lebih tinggi, kebutuhan terhadap pasokan listrik ini bisa mencapai 800 Watt  hingga 1400 Watt. Sedangkan pada komputer-komputer yang memiliki kemampuan sangat tinggi seperti komputer server atau komputer berperforma tinggi yang menggunakan konfigurasi multiprosesor dengan beberapa harddisk dan beberapa kartu grafis high-end, kebutuhan terhadap daya bisa meningkat hingga 2 kilo Watt.  Hingga tahun 2008 belum ada standar resmi yang bisa digunakan untuk mengukur/ menentukan tingkat kemampuan (besarnya daya) suatu power supply. Hasil sertifikasi, pelabelan atau pernyataan tentang besarnya daya tersebut masih merupakan klaim dari masing-masing perusahaan pembuat power supply itu sendiri. Metoda umum yang dilakukan untuk meningkatkan daya (kemampuan) suatu power supply, biasanya dilakukan dengan cara menambah/meningkatkan daya pada masing-masing jalur kabel. Cara seperti ini tidak akan memberikan angka kemampuan yang sebenarnya dari power suplly tersebut. Kemungkinan terjadinya kelebihan beban pada salah satu jalur, masih sangat tinggi, dan komputer tidak dapat memanfaatkan daya maksimum rate yang tersedia.



3. PSU untuk laptop dan server

3.1   PSU untuk laptop

Sebagian besar komputer portable memiliki PSU yang mampu menyediakan pasokan daya listrik antara 25 Watt hingga 100 Watt. Sebagian komputer portable seperti laptop, memiliki PSU eksternal (kadang-kadang disebut dengan nama power brick) yang bertugas mengkonversi tegangan listrik AC menjadi DC (umumnya 19 Volt), yang selanjutnya disalurkan ke laptop. Di dalam laptop, listrik DC tersebut dikonversi lagi dari DC menjadi DC (DC-DC conversion) untuk memasok kebutuhan berbagai tegangan DC yang diperlukan oleh berbagai komponen di dalam laptop.


3.2   PSU untuk server

Beberapa server web menggunakan PSU yang memiliki tegangan tunggal 12 Volt. Kebutuhan tegangan lainnya dipasok dari tegangan yang dihasilkan oleh modul regulator tegangan (voltage regulator module) yang terdapat pada motherboard.


3.3   Efisiensi PSU pada komputer server

Tingkat efisiensi PSU komputer umumnya berkisar antara 70 % hingga 75 %. Artinya, PSU tersebut mampu menghasilkan output daya sebesar 70 % hingga 75 % dari nilai input listrik yang masuk ke PSU. Misalnya, sebuah PSU memiliki tingkat efisiensi 75 %, dan PSU tersebut memerlukan pasokan (input) daya listrik AC sebesar 100 Watt, maka PSU tadi akan menghasilkan output daya DC sebesar 75 Watt. Sedangkan 25 Watt sisanya hilang (terbuang) dalam bentuk panas. Semakin rendah nilai efisiensi suatu PSU, semakin banyak energi yang terbuang dalam bentuk panas, sehingga PSU akan cepat panas. Sebaliknya, semakin tinggi nilai efisiensi, semakin sedikit energi yang terbuang dalam bentuk panas, sehingga PSU tidak cepat panas, dan hanya memerlukan sedikit aliran udara untuk mendinginkannya, putaran kipas pendingan tidak perlu cepat. Sebagai hasilnya, suara yang dihasilkan tidak terlalu bising, suara PSU menjadi lebih tenang.
PSU yang berkualitas tinggi, biasanya memiliki tingkat efisiensi energi lebih dari 80%. Sebagai contohnya, tingkat efisiensi PSU komputer server milik Google lebih dari 90%, sedangkan efisiensi PSU server milik HP mencapai 94%. Pada tahun 2010, PSU standar untuk server dan workstation yang dijual di pasaran, umumnya memiliki efisiensi sekitar 90%. Perlu diketahui bahwa efisiensi energi pada PSU akan menurun seiring dengan menurunnya beban kerja komputer



4. Lama waktu layak pakai PSU

Lama waktu layak pakai PSU (masa hidup PSU) biasanya dihitung dalam satuan banyaknya jam pakai. Maksudnya, total lamanya waktu PSU dapat dipakai hingga kemungkinan PSU mulai mengalami kerusakan, biasanya diprediksi dan dihitung dengan menggunakan satuan jam. Lama waktu layak pakai PSU (masa hidup PSU) umumnya disebut dengan istilah MTBF yang merupakan kependekan dari Mean Time Between Failure. Bila disebutkan nilai MTBF PSU sebesar 100.000 jam, maka bermakna PSU tersebut kemungkinan dapat tetap bekerja normal dan layak pakai, selama jam pakainya tidak melebihi 100.000 jam. Bila jam pakainya melebihi nilai tersebut, besar kemungkinan PSU tersebut akan mengalami kurusakan atau ketidaknormalan. Nilai 100.000 jam tersebut bukanlah pemakaian selama 100.000 jam terus menerus. Namun jumlah total jam dari setiap pemakaian, dari waktu ke waktu. Nilai jam ini dihitung ketika komputer digunakan, dan tidak dihitung bila komputer dimatikan. Memang tidak sedikit PSU yang memiliki nilai MTBF hingga 100.000 jam.
Nilai MTBF menggambarkan kehandalan dan mutu dari PSU. Semakin tinggi nilai MTBF PSU, semakin bagus untuk dipilih karena semakin handal dan tinggi mutu sebuah PSU. Umur layak pakai (masa hidup) menjadi lebih lama. Beberapa hal yang mempengaruhi besarnya nilai MTBF adalah mutu bahan/komponen elektronik yang dipakai, kecepatan dan besarnya ukuran kipas pendingin yang digunakan. Kipas ini berfungsi untuk menjaga agar komponen PSU tetap dingin dan mencegah terjadinya overheating (panas yang berlebihan) pada PSU. Dengan demikian PSU akan menjadi lebih awet, tahan lama dan bermakna nilai MTBF-nya menjadi lebih tinggi. Perlu diketahui bahwa overheating adalah penyebab utama terjadinya kerusakan PSU.





5. Pengertian ATX

ATX kependekan dari Advanced Technology eXtended. Semula, ATX adalah nama dari salah satu spesifikasi form factor (faktor bentuk) komputer yang dikembangkan oleh Intel pada tahun 1995 untuk memperbaiki standar bentuk komputer sebelumnya yang dikenal dengan nama/form factor AT (Advanced Technology). Pergantian dari form factor AT ke ATX merupakan perubahan besar pertama dalam sejarah PC (Personal Computer) dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan standarisari bagian-bagian komputer. Perubahan-perubahan tersebut melibatkan perubahan desain case komputer, desain motherboard dan PSU.  Hal yang paling mencolok, terlihat pada perubahan ukuran (dimensi) masing-masing bagian komputer, panel I/O, distribusi power, serta konektor yang berfungsi sebagai interface antara case komputer, motherboard dan PSU. ATX dijadikan sebagai standar (form factor) untuk sistem baru. Walaupun mulai bermunculan berbagai form factor lain setelah diumumkannya form factor ATX, kenyataannya form factor ATX tetap bertahan hingga tahun 2009. Sejak pertama kali diumumkan, yaitu pada tahun 1995, Form factor ATX telah mengalami beberapa kali revisi. Pada tahun 2007, Intel merilis versi ATX yang lebih baru, yaitu ATX versi 2.3.
Terdapat beberapa motherboard turunan dari form factor ATX yang memiliki ukuran board standar yang berbeda. Namun keduanya menggunakan PSU yang sama. Kedua turunan form factor ATX tersebut adalah Standard ATX dan microATX.



6. Kebutuhan motherboard ATX terhadap PSU ATX

Spesifikasi motherboard ATX memerlukan PSU yang mampu menghasilkan tiga output (keluaran) tegangan utama, yaitu +3,3 Volt, +5 Volt, dan +12 Volt. Selain itu, juga memerlukan tegangan -12 Volt dan 5 VSB (stanby). Motherboard ATX versi lama (versi awal) masih membutuhkan tegangan -5 Volt. Tegangan -5 Volt ini diperlukan untuk bus ISA. Namun, motherboard ATX versi yang lebih baru tidak lagi menggunakan bus ISA. Oleh karena itu, tegangan -5 Volt tidak diperlukan lagi. Itulah sebabnya, PSU ATX versi yang lebih baru tidak menyediakan saluran (kabel) output untuk -5 Volt, karena motherboard-motherboard ATX yang baru (motherboard modern) tidak lagi menyediakan bus ISA. Bus ISA dianggap usang (ketinggalan) dan dihapus pada desain standar ATX modern.
Pada awalnya, motherboard ATX memiliki 20 pin konektor power (listrik) untuk disambungkan ke PSU. Pada versi-versi selanjutnya, konektor ini berkembang jumlahnya, meningkat menjadi 24 pin. PSU ATX umumnya menyediakan konektor power untuk sejumlah perangkat komputer (periferal) dan dua konektor untuk motherboard. Dua konektor untuk motherboard tersebut antara lain:
§  Konektor  4-pin auxiliary untuk tambahan power ke CPU
§  Konektor utama 24 pin untuk pasokan daya ke motherboard. Konektor ini merupakan hasil pengembangan dari versi konektor 20 pin (ATX versi awal).
Pasokan tegangan yang dikeluarkan oleh PSU harus tetap stabil secara terus menerus. Umumnya, standar naik-turunnya tegangan yang masih bisa ditoleransi, tidak boleh melebihi 5% dari nilai nominalnya ataupun kurang 5% dari nilai nominalnya. Misalnya, jika output tegangan tersebut ditetapkan 5 Volt, maka besar tegangan yang masih dapat ditoleransi (diperkenankan) berkisar +5 ± (5% x 5) Volt = +5 ± 0,25 Volt, atau +4,75 Volt sampai dengan 5,25 Volt. Khusus untuk tegangan -5 Volt dan -12 Volt, batas toleransinya adalah 10 % dari nilai nominalnya. Berikut ini disajikan tabel nilai toleransi setiap spesifikasi tegangan yang dikeluarkan oleh kabel-kabel PSU..

7.  Perubahan utama desain PSU dari AT ke ATX

7.1   Tombol power on/off (power switch)

Terdapat dua perbedaan yang mendasar antara PSU AT dan ATX. Perbedaan pertama, terletak pada koneksi antara PSU dengan tombol power on/off yang ada pada casing. Casing CPU PC desktop model AT biasanya memiliki tombol power (on/off) yang berhubungan/koneksi langsung dengan sistem PSU. Tombol power tersebut kebanyakan terletak pada bagian depan casing, berfungsi untuk menyalakan dan mematikan komputer. Ujung kabel PSU yang tersambung langsung ke tombol power (on/off), biasanya disolder atau terpasang rapat pada bagian pangkal tombol (dalam casing). Sehingga cukup sulit untuk melepaskannya dan menggantinya jika suatu saat PSU tersebut rusak atau mengalami masalah untuk diperbaiki.

Kodisi tersebut berbeda dengan komputer model ATX. PSU model ATX tidak terhubung langsung ke tombol power. Kabel-kabel PSU terhubung ke motherboard. Pada sisi lain, tombol power juga terhubung ke motherboard, yaitu ke konektor (pin) yang berlabel PS_ON, Power SW, dan lain-lainnya. Jadi, antara tombol power dengan PSU berhubungan melalui motherboard. Dengan menggunakan desain seperti ini, maka komputer dapat dimatikan (di-shutdown) dengan bantuan software ataupun dimatikan langsung dengan bantuan (secara) hardware, yaitu dengan cara menekan tombol power on/off. Motherboard mengontrol PSU (yang memiliki konektor utama 20 pin) melalui pin nomor 14. Sedangkan pada PSU yang memiliki konektor utama 24 pin, motherboard mengontrol melalui pin nomor 16. Pin nomor 14 atau 16 tersebut merupakan jalur power on/off yang pada PSU biasanya terhubung dengan kabel berwarna hijau.
Apabila komputer dimatikan dengan cara di-shutdown menggunakan bantuan software (soft-power), sebenarnya, masih ada aliran listrik yang masuk/mengaliri komponen-komponen yang ada di dalam komputer, walaupun komputer tadi tampak seakan-akan dalam kondisi off. Namun, beberapa model PSU diketahui memiliki tombol on/off manual yang berguna untuk mematikan komputer atau memutus arus listrik yang masuk ke dalam PSU. Tombol tersebut biasanya terletak di bagian belakang PSU. Bila proses pematian komputer dilakukan melalui tombol on/ff manual tadi, maka dapat dipastikan tidak akan ada aliran listrik yang masuk/mengaliri komponen-komponen komputer. Dapat dikatakan, komputer benar-benar dalam kondisi off.
Komputer-komputer pengguna PSU ATX yang sedang dalam kondisi stanby (soft off) dapat diaktifkan/dinyalakan kembali dari jarak jauh melalui Wake-on-Ring atau Wake-on-LAN. Proses penyalaan jarak jauh seperti ini dapat dilakukan bila motherboardnya memiliki dukungan teknologi tersebut. Namun, umumnya masih sering dilakukan penyalaan komputer secara lokal melalui tombol Keyboard Power ON (KBPO), atau melalui tombol on/off yang terdapat pada bagian depan casing.
Perbedaan kedua antara PSU AT dan ATX terletak pada konektor power utama yang berguna untuk memasok daya ke motherboard yang akan dijelaskan tersendiri pada bab berikut ini.


7.2   Kabel/saluran listrik dari PSU ke motherboard

Umumnya, sebuah PSU memiliki konektor power (daya) utama. Pada PSU ATX, konektor ini sering disebut dengan nama konektor P1.  Jalur (konektor) P1 berfungsi untuk mengirim daya (power) listrik dari PSU ke motherboard.
Jalur kabel (aliran listrik) dari PSU menuju ke motherboard, pada PSU model AT berbeda dengan PSU model ATX. Pada PSU jenis AT (PSU tipe lama), konektor ini terpisah menjadi dua, yaitu konektor yang biasa disebut dengan nama konektor P8 dan konektor P9. Namun, pada beberapa PSU AT, kadang-kadang konektor tersebut diberi nama konektor P1 dan konektor P2. Kedua konektor ini bentuknya serupa, keduanya dirancang untuk disambungkan bersama ke motherboard. Dalam proses pemasangannya ke motherboard, konektor jenis ini dapat mengakibatkan terjadinya proses penyalaan (pengaliran listrik) tak sengaja atau kesalahan pemasangan yang dapat mengakibatkan hubungan pendek (konsleting) dan kerusakan permanen pada motherboard. Oleh karena itu, konektor ini umumnya memiliki suatu apitan yang dapat mencegah terjadinya kesalahan pemasangan ke motherboard. Komputer-komputer yang biasa menggunakan PSU AT antara lain PC-XT, PC-AT, Baby-AT dan komputer yang menggunakan form factor LPX. Berikut ini disajikan distribusi listrik pada PSU model AT.

Berbeda hal-nya dengan PSU model ATX. PSU ATX memiliki satu buah konektor berukuran lebih besar untuk dihubungkan ke motherboard. Bentuk konektor ini umumnya dirancang khusus berbentuk sedemikian rupa sehingga kecil kemungkinannya terjadi proses pemasangan yang terbalik.  Selain itu, PSU ATX juga menyediakan jalur kabel untuk aliran tegangan 3,3 Volt menuju ke motherboard. Jalur 3,3 Volt ini pada PSU model AT tidak ada.
Sebenarnya, ditinjau dari jenis konektor power utama yang ada, terdapat dua macam PSU ATX, yaitu PSU ATX versi awal dan PSU ATX versi yang lebih baru. Secara fisik, konektor power utama pada PSU ATX versi awal, memiliki 20 pin. Sedangkan konektor power utama pada PSU ATX versi yang lebih baru, memiliki 24 pin yang umumnya terdiri dari gabungan satu konektor berisi 20 pin dan satu konektor berisi 4 pin. Seringkali kedua konektor tersebut (konektor 20 pin dan 4 pin) dikemas terpisah, bisa digabungkan dan bisa dipisahkan. Dengan demikian, PSU yang memiliki konektor 24 pin dapat digunakan untuk motherboard yang memiliki 20 pin. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memisahkan (tidak menggunakan/men-disfungsikan) konektor 4 pin yang tersedia.
Pada era akhir kejayaan penggunaan PSU AT atau awal pemunculan PSU ATX, banyak motherboard-motherboard yang sengaja didesain memiliki dua jenis konektor power untuk sambungan ke PSU, yaitu konektor untuk PSU model AT dan konektor untuk PSU model ATX.
Pemilihan PSU untuk komputer-komputer tertentu yang digunakan untuk mengerjakan tugas-tugas berat (beban tinggi) harus dilakukan secara hati-hati dan harus memenuhi persyaratan minimum beban PSU itu. Bila PSU tidak mampu menyediakan besar pasokan daya yang diperlukan oleh komputer (kapasitas daya PSU terlalu kecil), dapat mengakibatkan terjadinya shut down atau komputer mati sendiri secara otomatis, restart, tegangan output (keluaran) menjadi salah, atau terjadinya malfungsi lainnya.



8.  Revisi Power Supply ATX

8.1   Power Supply ATX versi awal

PSU ATX diperkenalkan pertama kali pada akhir tahun 1995. PSU ini memiliki (menyediakan) tiga tipe konektor power, yaitu:

Ø  Konektor Molex  4-pin.
Konektor ini ditransfer (diadopsi) langsung dari PSU standar AT. Sesuai dengan namanya, konektor Molex dirancang oleh perusahaan konektor Molex (Molex connectors company). Berukuran lebar 21 mm, tinggi 6mm. Arus maksimum 11 A/pin (30 oC meningkat), memiliki 4 pin. Koektor Molex 4-pin ini disebut juga dengan nama konektor power periferal 4-pin (4-pin Peripheral power connectors).
Konektor Molex menyediakan empat kabel saluran untuk aliran listrik. Sebuah kabel berwarna kuning untuk aliran listrik bertegangan +12 Volt, dua buah kabel berwarna hitam untuk ground, dan sebuah kabel berwarna merah untuk aliran listrik bertegangan 5 Volt. Jenis kabel yang digunakan biasanya 18 AWG. Konektor ini digunakan untuk sambungan ke Harddisk Drive P-ATA, CD-ROM, Floppy Disk Drive 5,25 inch dan periferal lainnya yang sesuai dengan konektor ini.






Kadang-kadang tanda warna pada kabel tidak mengikuti aturan standar yang ada. Perbedaan aturan warna ini banyak ditemukan terutama pada komputer-komputer lama. Pada komputer-komputer baru, sebagian besar sudah mengikuti aturan standar warna yang telah ditetapkan bersama. Tipe konektor Molex 4-pin yang terpasang pada PSU umumnya adalah tipe konektor perempuan, berupa lubang-lubang tempat masuknya pin. Sedangkan tipe konektor pada perangkat seperti Harddisk Drive, CD-ROM dan perangkat periferal lainnya berupa konektor laki-laki (memiliki pin). Sebagian tepi sudut (dua tepi sudut) pada konektor Molek sengaja didesain miring. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan pemasangan (penancapan) konektor yang dapat mengakibatkan kerusakan fatal (dapat mengakibatkan komponen terbakar).
Konektor Molex seri 8981 merupakan konektor standar yang digunakan pada semua disk drive PATA. Perlu diketahui bahwa disk drive-disk drive baru sekarang ini (tahun 2010) banyak yang menggunakan sistem koneksi baru yang menggunakan teknologi lebih canggih.
Konektor Molex 4-pin kadang-kadang juga digunakan untuk memberikan tenaga (daya) tambahan pada kartu PCI, misal pada kartu FireWire 800.

Ø  Konektor floppy disk Berg  4-pin
Konektor ini ditransfer (diadopsi) langsung dari PSU standar AT. Konektor ini didesain dan diproduksi oleh Berg Electronic Corporation of St Louis, Missouri, yang merupakan sebuah divisi dari Framatome Connectors International. Konektor floppy disk Berg menyediakan empat kabel saluran untuk aliran listrik. Sebuah kabel berwarna kuning untuk aliran listrik bertegangan +12 Volt, dua buah kabel berwarna hitam untuk ground, dan sebuah kabel berwarna merah untuk aliran listrik bertegangan 5 Volt. Konektor ini digunakan untuk sambungan ke Floppy Disk Drive (FDD) 3,5 inch dan periferal lain yang memiliki konektor yang sesuai dengan konektor ini. Konektor floppy disk Berg  4-pin disebut juga dengan nama konektor mini (Mini-connector) atau Molex mini (mini-Molex).
Kadang-kadang, konektor floppy disk Berg  4-pin ini juga digunakan sebagai konektor tambahan untuk kartu grafis AGP.


Sebagai informasi tambahan, sebenarnya, terdapat banyak tipe konektor Berg. Beberapa diantaranya sering digunakan pada komputer IBM PC atau komputer yang kompatibel dengannya. Contoh konektor Berg lainnya (selain konektor floppy disk) adalah konektor 2-pin yang biasa digunakan untuk penghubung panel lampu led di bagian depan case (casing), konektor penghubung switch turbo dengan motherboard, konektor penghubung tombol reset dengan motherboard, konektor yang biasa digunakan sebagai jumper untuk konfigurasi motherboard, dan lain-lainnya.

Ø  Konektor utama motherboard Molex Mini-fit Jr  20-pin
Konektor Molex Mini-fit Jr  20-pin merupakan konektor power utama (untuk motherboard) yang ada pada PSU dan merupakan konektor standar ATX yang baru. Pada konektor tersebut, pin nomor 4 (tersambung ke kabel merah), nomor 6 (tersambung ke kabel merah), dan nomor 8 (tersambung ke kabel abu-abu), digunakan untuk pasokan power ke CPU dan kartu grafis. Bentuk konektor PSU ini didesain sedemikian rupa dan terdapat pengunci di salah satu sisinya sehingga tidak mungkin terjadi kesalahan dalam proses pemasangannya (penyelipannya) ke konektor di motherboard.
Sebagian besar PSU ATX menyediakan jalur pasokan listrik bertegangan 3,3 Volt, 5 Volt dan 12 Volt, karena sebagian besar komponen komputer seperti CPU (prosesor), RAM, chipset, kartu PCI, kartu AGP dan kartu ISA, port serial baru, membutuhkan pasokan listrik 3,3 Volt dan 5 Volt. Sedangkan motor penggerak yang terdapat pada beberapa perangkat seperti Haddisk Drive, Floppy Disk Drive, CD-ROM, DVD-ROM, dan lain-lainnya, membutuhkan pasokan listrik 5 Volt dan 12 Volt. Kipas (cooling fan) pada komputer desktop, umumnya membutuhkan pasokan listrik +12 V dengan besar arus berkisar 100 mA hingga 250 mA. Namun, kipas pendingin yang terdapat pada komputer portable umumnya memerlukan pasokan listrik +5 V atau kadang-kadang +3,3 V. Pasokan listrik +12 V juga diperlukan untuk pengatur tegangan (voltage regulator) prosesor.
Voltase -5 V hanya disalurkan ke bus ISA, yaitu ke pin B5 pada kartu ISA. Sedangkan voltase -12 V hanya digunakan pada beberapa desain board. Biasanya diperlukan untuk port serial tipe lama dan sirkuit LAN.
Sampai dengan tahun 2000, boleh dikatakan tidak ada perkembangan yang berarti pada PSU ATX, baik revisi/perbaikan desain atau lainnya. Sistem dan rancangan masih tetap seperti awalnya.
Keterangan:  
Ø  +5 V stanby (maksimum 10 mA)
Ø  Power good untuk menyatakan +5 V dan +3,3 V dalam kondisi bagus
Ø  Power on (power supply on, lemah)
Ø  Jenis kabel yang direkomedasikanuntuk digunakan adalah kabel 18 AWG, kecuali pada pin 11 harus menggunakan kabel 22 AWG. Untuk konfigurasi PSU berdaya 300 Watt, direkomendasikan menggunakan kabel 16 AWG.


Konektor Molex adalah istilah umum untuk menyebut sepasang konektor yang biasa digunakan untuk interkoneksi antara PSU dengan komponen lain pada komputer, misalnya motherboard, disk drive, atau komponen lainnya. Sepasang konektor tersebut biasanya terdiri dari satu konektor yang memiliki pin (konektor laki-laki) dan satu konektor lain yang menjadi pasangannya memiliki lubang/soket (konektor perempuan). Pembuatan dan pemakaian konektor Molex dipelopori oleh perusahaan bernama Molex Connector Company. Konektor ini dipatenkan pada akhir tahun 1950-an dan awal tahun 1960-an. Pertama kali digunakan dalam peralatan rumah tangga yang selanjutnya digunakan pula pada berbagai produk, mulai dari mobil hingga perangkat komputer.
Konektor laki-laki memiliki pin berbentuk silinder terbuat dari bahan semi logam. Dalam prakteknya (penggunaannya), konektor laki-laki tersebut dimasukkan ke dalam lubang soket yang juga terbuat dari bahan semi logam. Pin dan soket tersebut memiliki ukuran yang pas (sesuai). Baik pin maupun lubang soket, disusun membentuk matriks persegi panjang dan keduanya (pin dan soket) terangkai di dalam bahan yang terbuat dari nilon. Konektor ini biasanya memiliki 2, 3, 4, 5, 6, 9, 12, atau 15 sirkuit, atau mungkin lebih. Dalam satu konektor (konektor laki-laki ataupun konektor perempuan), pin dan soket tersebut dapat diatur kombinasinya, sesuai keperluan.
Terdapat tiga macam ukuran pin yang biasa terdapat pada konektor Molex. Setiap ukuran pin, didesain mampu membawa besar arus tertentu. Ketiga macam pin tersebut antara lain:

Ø Pin berukuran 1,57 mm atau 0,062 inci, mampu membawa arus sebesar 5 A.
Ø Pin berukuran 2,36 mm atau 0,093 inci, mampu membawa arus sebesar 8,5 A.
Ø Dan pin berukuran 2,13 mm atau 0,084 inci.

Ketiga macam pin ini mempunyai permukaan kontak yang luas dan didesain terpasang erat dan pas dengan soketnya (saat digunakan/dipasangkan), sehingga konektor ini cocok digunakan untuk konektor power. Memang, pada komputer, biasanya soket ini digunakan untuk konektor power.
Semula, di dalam dunia komputer, konektor Molex digunakan untuk konektor disk drive pada akhir tahun 1970-an. Awalnya digunakan dan dijadikan konektor standar pada FDD (Floppy Disk Drive) Shugart dan Atari pada tahun 1979. Pada saat itu, penggunaan istilah/sebutan dengan nama konektor Molex menjadi umum digunakan. AMP (sekarang menjadi bagian atau sebuah divisi dari Tyco International) mengembangkan konektor MATE-N-LOK yang memiliki pin berukuran 2,13 mm, sama dengan konektor power Molex 8981. Pada perkembangan berikutnya, konfigurasi konektor AMP dan konektor Molex ini ditetapkan sebagai konektor power standar untuk harddisk drive (HDD).
Akhirnya, beberapa jenis konektor Molex menjadi umum digunakan sebagai konektor power pada berbagai perangkat komputer. Pemilihan dan penggunaan konektor ini didukung karena kesederhanaan dan kehandalan dari desainnya. Beberapa jenis konektor Molex yang umum digunakan pada perangkat komputer antara lain konektor power untuk motherboard, kipas (fan), HDD (HardDisk Drive), FDD (Floppy Disk Drive), CD Drive, DVD Drive, kartu grafis, dan lain-lainnya. Pada saat ini, konektor tersebut tidak hanya diproduksi oleh perusahaan Molex dan AMP saja. Konektor yang kompatibel, juga diproduksi oleh berbagai produsen konektor.


Ø  Konektor IEC C14.
Konektor ini digunakan untuk menghubungkan PSU dengan sumber listrik atau jaringan listrik lokal yang ada pada daerah tersebut. Misalnya listrik PLN. Sumber listrik tersebut merupakan input (pasokan) listrik yang masuk ke PSU (biasanya berupa listrik AC) yang untuk selanjutnya diubah menjadi DC dan didistribusikan ke berbagai komponen internal PC (Personal Computer) yang memerlukannya. Boleh dikatakan, konektor IEC C14 yang ada pada PSU merupakan konektor untuk input listrik AC. Kabel yang direkomendasikan untuk digunakan adalah kabel C13.


8.2   Power supply ATX12V versi 1.x

Pada tahun 1999/2000, perusahaan Intel merancang platform untuk Pentium 4.  Operasional komputer Pentium 4 tersebut, diketahui membutuhkan pasokan listrik yang lebih besar dibandingkan versi komputer sebelumnya (Pentium III).  Untuk mendukung kebutuhan beban listrik tersebut, penggunaan konektor power ATX  20-pin standar yang terdapat pada PSU saat itu, dianggap tidak memadai lagi. Oleh karena itu, dibuat PSU versi baru yang sengaja dirancang untuk digunakan pada sistem komputer Pentium 4. PSU versi baru tersebut merupakan hasil perbaikan (revisi) dari PSU versi sebelumnya. PSU hasil revisi ini disebut PSU standar ATX12V 1.0. yang selanjutnya direvisi dan dikembangkan lagi menjadi PSU ATX12V 1.1, ATX12V 1.2, dan ATX12V 1.3.  PSU standar ATX12V 1.x ini, akhirnya diadopsi dan digunakan juga untuk sistem komputer Athlon XP dan Athlon 64 produk AMD.

a.    PSU ATX12V versi 1.0

PSU standar ATX12V 1.0 pertama kali diluncurkan ke pasaran pada bulan Februari 2000. PSU ini merupakan hasil perbaikan dari PSU ATX versi awal. Perubahan utama dan peningkatan-peningkatan yang terlihat pada PSU standar ATX12V 1.0 ini antara lain:
Ø  Peningkatan Power (daya) pada saluran kabel 12 Volt.
Keterangan:  
o    Untuk konektor PSU ATX versi 20 pin, maka 4 pin terakhir (yaitu pin nomor 11, 12, 23, dan 24 tidak ada).
o    Pin nomor 8, 13, dan 16 adalah sinyal data, bukan power.
o    Pada PSU ATX atau ATX12V versi 1.2 atau sebelumnya, pin nomor 20 ini digunakan untuk saluran -5 V yang ditandai dengan warna kabel putih. Pada PSU ATX versi 1.3 dan setelahnya, saluran ini tidak boleh dipasang, dikhawatirkan timbul masalah baru.
o    Power On disebut juga PS_ON adalah saluran untuk mengirimkan sebuah sinyal dari motherboard menuju ke PSU. Bila kabel (saluran) ini dihubungkan/dikoneksikan ke saluran ground oleh (melalui) motherboard, maka PSU yang semula mati, akan berubah menjadi aktif (nyala), atau sebaliknya, semula nyala berubah menjadi mati (off).
o    Power Good disebut juga Power_OK atau PWR_OK, adalah sebuah output (keluaran) dari PSU yang memberikan tanda bahwa sinyal output tersebut (+3,3 Volt dan +5 Volt) telah stabil dan siap digunakan. Dengan kata lain, jika nilai power good tinggi (antara +3 V hingga +6V), menunjukkan bahwa tegangan dalam kondisi stabil dan siap untuk digunakan. Lebih jelasnya, fungsi Power Good dapat diterangkan sebagai berikut:
PSU selalu melakukan pengecekan diri sendiri (self test) sebelum sitem komputer start (mulai bekerja). Jika pengetesan berjalan lancar dan sukses, PSU mengirimkan sinyal khusus (dikenal dengan nama power good) pada motherboard. Pengiriman sinyal ini dilakukan terus-menerus selama sistem sedang dijalankan. Jika PSU tidak mampu menjaga (mempertahankan) tegangan output (keluaran) agar tetap berada dalam rentang nilai yang dapat ditoleransi, pengiriman sinyal power good dihentikan. Keadaan seperti ini akan memaksa sistem untuk me-reset komputer. Sistem komputer akan melakukan start lagi bila sinyal power good mulai dikirim kembali.
Lama waktu yang diperlukan oleh PSU, sejak komputer diaktifkan (tombol on ditekan) hingga sinyal power good dikirim untuk pertama kalinya, kurang lebih 100 ms hingga 500 ms atau sekitar 0,1 detik hingga 0,5 detik.
Sirkuit Power Good harus selalu dalam kondisi bagus agar mampu mengirimkan sinyal seperti yang diharapkan, karena banyak sekali motherboard yang sensitif terhadap sinyal ini. Seringkali PSU yang berharga murah, tidak memiliki sirkuit yang baik sehingga tidak mampu menghidupkan komputer. Teknisi yang kurang pengalaman, kadang-kadang salah mendiagnosa, mengira motherboard-nya yang bermasalah, karena gejala yang tampak memang mirip seperti disebabkan oleh motherboard-nya.
o    +3,3 V sense harus dihubungkan dengan +3,3 V pada motherboard atau konektor powernya. Koneksi ini dapat digunakan untuk penginderaan jauh dari penurunan tegangan pada kabel PSU.
o    +5 V standby disebut juga VSB adalah saluran yang akan tetap memasok sinyal listrik walaupun jalur lainnya pada PSU dalam kondisi off (mati/tidak aktif). Pasokan listrik yang tetap berjalan pada sirkuit di motherboard tersebut dapat digunakan untuk mengontrol sinyal Power On.


Istilah Stand By dikenal pula dengan nama sleep mode. Di dalam pengetahuan komputer, istilah sleep mode (modus tidur) mengacu pada keadaan dimana komputer sedang dalam kondisi menggunakan daya listrik yang sangat rendah. Energi listrik yang dikonsumsi lebih rendah dari keadaan normalnya ketika komputer sedang bekerja, bahkan lebih rendah dibandingkan komputer yang sedang dalam keadaan idle (istirahat/tidak bekerja). Mengatur komputer ke dalam kondisi sleep mode ini bertujuan untuk menghemat penggunaan energi listrik saat komputer tidak digunakan namun masih dalam keadaan ‘on’, dan memungkinkan pengguna untuk bekerja kembali dengan cepat saat diperlukan, tanpa harus mengatur ulang kode pemrograman, atau tanpa harus me-reboot komputer yang mengakibatkan kehilangan waktu beberapa lama untuk menunggu agar dapat digunakan kembali. Banyak perangkat komputer yang menggunakan lampu LED sebagai tanda bahwa perangkat tersebut dalam kondisi sleep mode.
Seperti telah disebut sebelumnya, bahwa nama lain Stand By adalah sleep mode. Selain itu, dikenal juga dengan nama Sleep atau Suspend. Istilah-istilah tersebut sering digunakan oleh berbagai sistem operasi. Sistem operasi yang berbeda, kadang-kadang menyebutnya dengan nama yang berbeda. Berikut ini contohnya.

Ø  Stand By. Istilah ini biasa digunakan pada sistem operasi Microsoft Windows 95 hingga Microsoft Windows Server 2003.
Ø  Sleep. Istilah ini biasa digunakan pada sistem operasi Mac OS 8, Mac OS X, Windows Vista, Windows 7, Windows Server 2008.
Ø  Suspend. Istilah ini biasa digunakan pada sistem operasi Linux.

Apabila suatu komputer yang sedang ‘on’ dikondisikan dalam posisi sleep mode, maka komputer akan mencoba memotong pasokan daya listrik yang tidak lagi dibutuhkan, ke semua bagian mesin yang ada kecuali RAM. Sebab RAM dibutuhkan untuk memulihkan kembali keadaaan mesin saat sewaktu-waktu diperlukan. Tindakan menempatkan komputer dalam kondisi sleep mode memang mampu menghemat energi dalam jumlah besar. Itulah sebabnya kebanyakan laptop yang sedang beroperasi menggunakan baterai, secara otomatis akan menempatkan diri pada kondisi seperti ini saat diperlukan. Teknik atau metoda seperti ini sangat dibutuhkan dalam upaya untuk menghemat penggunaan baterai.
Pada saat ini, ACPI (Advanced Configuration Power Interface) telah dijadikan standar untuk manajemen daya listrik pada komputer modern. ACPI ini menggantikan fungsi APM (Advanced Power Management) yang terdapat pada komputer-komputer model lama. Sleep mode berkaitan langsung dengan ACPI mode S3. Jika perangkat komputer non-ACPI dipasangkan ke komputer yang memiliki fitur ACPI, maka Windows kadangkala akan menonaktifkan fungsi stand-by untuk sistem operasi secara keseluruhan. Tanpa adanya ACPI, kondisi sleep mode mungkin hanya akan diberikan (berlaku) pada monitor dan harddisk drive.


Ø  Konektor AUX 6-pin yang semula digunakan pada PSU ATX12V versi 1.x, kini tidak digunakan lagi, karena saluran tambahan (sirkuit) 3,3 Volt dan 5 Volt telah digabungkan pada konektor utama 24-pin tadi.
Ø  Sekarang, sebagian besar daya dipasok melalui saluran 12 Volt. PSU ini memiliki  dua saluran 12 V yang bersifat independen, yaitu 12 V2 untuk konektor 4-pin dan 12 V1 untuk lainnya.
Ø  Terdapat pengurangan pasokan daya (power) yang mencolok pada saluran 3,3 V dan 5 V.
Ø  Disediakan pasokan daya untuk kabel (konektor) Serial ATA. Konektor power Serial ATA memiliki 15 pin. Konektor ini disediakan untuk komponen-komponen yang menggunakan konektor tipe SATA, misalnya HDD SATA, DVD Rom SATA, dan lain-lainnya. Konektor power SATA menyediakan tiga macam tegangan listrik, yaitu +3,3 Volt,  +5Volt, +12 Volt.

b.    PSU ATX12V versi 2.01

PSU ATX12V versi 2.01 diperkenalkan pertama kali pada bulan Juni 2004. PSU ini merupakan hasil revisi dari PSU ATX12V versi 2.0.  Tidak terdapat perubahan-perubahan yang menonjol pada PSU ini. Perubahan yang terjadi hanyalah perubahan-perubahan kecil saja. Referensi untuk saluran -5 V benar-benar telah dihapus.


c.    PSU ATX12V versi 2.1

Diperkenalkan pertama kali pada bulan Mei 2005.  Terdapat sedikit revisi pada PSU ini. Revisi tersebut antara lain berupa meningkatnya daya (power) pada semua saluran yang tersedia. Terdapat konektor tambahan, yaitu konektor 6-pin yang disediakan untuk kartu grafis PCIe. Konektor tersebut berperan membantu slot PCIe yang terdapat pada motherboard dalam upaya penyediaan daya tambahan untuk kartu grafis PCIe. Konektor 6-pin ini mampu memberikan pasokan daya (output) maksimum sebesar 75 Watt.

d.    PSU ATX12V versi 2.2

PSU ini merupakan hasil revisi kecil dari PSU ATX12V versi 2.1.  Terdapat konektor tambahan, yaitu konektor 8-pin (6 pin + 2 pin) yang disediakan untuk kartu grafis PCIe. Konektor tersebut berperan membantu slot PCIe yang terdapat pada motherboard. Konektor 8-pin ini secara fisik terdiri dari dua kemasan terpisah, yaitu sebuah kemasan berisi 6 pin dan sebuah kemasan lagi berisi 2 pin. Dengan demikian konektor ini juga dapat digunakan untuk kartu grafis PCIe versi sebelumnya yang masih menggunakan konektor 6 pin (bersifat backwards compatible) dengan cara hanya memanfaatkan konektor 6 pin tersebut dan tidak menggunakan konektor 2 pin-nya. Konektor 8-pin ini mampu memberikan pasokan daya maksimum sebesar 150 Watt.

e.    PSU ATX12V versi 2.3

Rekomendasi efisiensi untuk PSU ATX12V versi 2.3 meningkat hingga 80% dengan batasan minimal 70%, dan beban (daya) pada saluran 12 V diturunkan. Umumnya, pada tingkat efisiensi yang tinggi, mengakibatkan konsumsi daya menjadi menurun dan panas yang dihasilkan juga menurun. Sedangkan pengurangan/penurunan beban (daya) dapat menambah kompatibilitas dengan prosesor yang mengkonsumsi daya sangat kecil saat startup berlangsung. Tidak ada lagi pebatasan pasokan listrik sampai 240 VA. Hal ini memberikan peluang kemungkinan penggunaan arus lebih dari 20 A pada setiap jalur (kabel) 12 Volt.




9.  Power Supply turunan dari ATX

9.1   PSU AMD GES

AMD GES adalah salah satu varian PSU hasil adopsi (turunan) dari PSU ATX. PSU ini dibuat oleh perusahaan AMD dan digunakan sebagai pemasok daya untuk sistem komputer Athlon MP (berkonfigurasi dual prosesor). PSU ini hanya didesain untuk motherboard-motherboard kelas high end yang digunakan untuk prosesor Athlon MP. PSU AMD GES memiliki tambahan konektor 8-pin khusus yang hanya dapat digunakan oleh motherboard yang menjadi pasangannya. Motherboard tersebut tidak kompatibel dengan PSU ATX12V standar.


9.2   PSU EPS12V

EPS kependekan dari Entry Level Power Supply Specification. EPS adalah PSU yang diproduksi untuk digunakan pada komputer desktop kelas high-end (misalnya komputer yang menggunakan mikroprosesor multi-core, seperti Core 2 Duo, Core 2 Quad, Core i7), dan komputer server kelas entry-level (komputer yang menggunakan mikroprosesor dari keluarga Xeon maupun Opteron). PSU EPS dikembangkan oleh suatu kelompok yang bekerja menangani standar server. Kelompok tersebut dikenal dengan nama Server System Infrastructure forum. Sebenarnya, form factor EPS berasal (diadopsi) dari form factor ATX. PSU EPS diketahui memiliki kemampuan yang lebih bagus (powerfull) dan lebih stabil. PSU EPS dikenal pula dengan nama EPS12V.
PSU EPS standar memiliki konektor utama 24-pin untuk pasokan power ke motherboard (sama seperti pada ATX12V versi 2.x), dan sebuah konektor sekunder +12 V 8-pin. Selain itu, juga memiliki sebuah konektor tersier +12 V 4-pin yang bersifat opsional. Konektor tambahan tersebut (konektor sekunder dan tersier) disediakan khusus untuk motherboard-motherboard yang ‘haus’ daya, yaitu motherboard-motherboard yang memerlukan daya yang cukup besar.  Konektor tersier digunakan untuk PSU yang memiliki daya 700 Watt hingga 800 Watt, sedangkan konektor sekunder digunakan untuk PSU berkekuatan 850 Watt atau lebih.
Pada dasarnya, PSU EPS kompatibel dengan motherboard ATX standar atau ATX12V standar. Kedua tipe motherboard tersebut sering dijumpai digunakan pada komputer-komputer rumahan atau komputer yang digunakan di kantor-kantor. Namun, PSU ini mungkin akan bermasalah bila dipasangkan pada motherboard-motherboard tipe lama. Masalah ini timbul karena konektor utama pada PSU memiliki 24 pin sedangkan pada motherboard hanya memiliki 20 pin. Untuk menghindari timbulnya masalah ini, para vendor PSU biasanya membagi konektor utama tersebut menjadi dua bagian, yaitu menjadi konektor utama 20-pin dan konektor tambahan 4-pin. Sama seperti PSU-PSU versi baru, PSU EPS tidak menyeduakan jalur tegangan -5 V. Pada tahun 2009, versi terbaru PSU EPS adalah versi 2.92.



10.  Perubahan spesifikasi pada Power Supply baru

Teknologi kartu grafis dari tahun ketahun semakin berkembang pesat. Begitu juga besarnya power yang  dikonsumsi oleh kartu grafis tersebut, terus meningkat.  Sejak tahun 2000, kartu-kartu grafis kelas atas (high end) memerlukan pasokan daya yang jauh lebih besar, melampaui batas yang mampu disediakan oleh slot AGP atau slot PCIe yang ada. Dengan kata lain, slot AGP atau PCIe tersebut tidak mampu menyediakan daya sebesar yang diperlukan oleh kartu grafis tadi. Untuk mendukung keperluan daya ini, power supply tipe baru mulai menyediakan daya (power) tambahan untuk kartu grafis yang disalurkan melalui konektor power floppy 4-pin standar atau konektor periferal 4-pin standar. Pada perkembangan berikutnya, terutama setelah tahun 2004, kartu-kartu grafis kelas atas (high end) dan kelas menengah (midrange) dirancang menggunakan konektor power PCIe standar 6- pin atau 8-pin yang pasokan dayanya diambilkan langsung dari PSU yang digunakan.



11. Penggunaan PSU ATX versi lama pada motherboard
     versi baru atau sebaliknya.

Walaupun power supply ATX secara elektris dan fisik sebagian besar diberitakan kompatibel dengan versi sebelum atau sesudahnya, dan terdapat isu-isu yang mengatakan bahwa power supply tersebut dapat digunakan (dipertukarkan) pada motherboard-motherboard versi yang lebih baru atau yang lebih lama, sebaiknya sebelum menggunakannya, perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

Ø  Desain distribusi daya pada jalur 3,3 Volt, 5 Volt, dan 12 Volt, pada PSU ATX versi lama berbeda dengan PSU ATX versi yang lebih baru. Demikian pula desain sistem PC. Desain sistem PC versi lama berbeda dengan desain sistem PC versi baru.
Ø  PSU ATX versi lama umumnya tidak memiliki konektor-konektor tertentu yang justru diperlukan oleh sistem PC yang lebih baru. Dengan demikian, PSU tersebut tidak dapat (atau mungkin kurang optimal) digunakan untuk sistem PC yang lebih baru.
Ø  Sistem PC yang lebih baru umumnya memerlukan pasokan listrik yang lebih besar dibandingkan sistem PC yang lama. Sehingga, jika digunakan PSU ATX versi lama untuk sistem PC yang lebih baru, mungkin dapat mengakibatkan PC tidak dapat beroperasi normal (kurang/tidak optimal), atau timbul masalah baru.

Berikut ini disajikan panduan atau pertimbangan-pertimbangan praktis untuk menentukan dapat-tidaknya suatu PSU ATX versi tertentu untuk digunakan pada motherboard versi tertentu.

Ø  Sistem PC (form factor ATX) yang lama dirancang untuk mengambil sebagian besar pasokan daya (power) dari jalur (kabel) 5 Volt dan 3,3 Volt
Ø  Sistem PC Pentium 4 (Intel) dan Athlon XP (AMD) dirancang mengambil pasokan daya lebih banyak pada jalur 12 Volt dibandingkan dengan pengambilan pasokan daya pada jalur 5 Volt dan 3,3 Volt.
Ø  Sistem PC yang lebih baru yang menggunakan mikroprosesor Core 2 Duo (Intel) dan Athlon64 (AMD), dirancang untuk mengambil pasokan daya terutama pada jalur 12 Volt dari PSU.
Ø  Sebenarnya, PSU ATX versi awal dirancang untuk komputer-komputer sebelum Pentium 4 (Intel) atau komputer-komputer sebelum Athlon XP (AMD). PSU ini tidak memiliki konektor 4-pin 12 Volt yang berfungsi untuk tambahan daya ke CPU, sehingga kemungkinan besar tidak dapat digunakan untuk sistem komputer Pentium 4 maupun Athlon XP, dan juga tidak dapat digunakan untuk motherboard-motherboard yang lebih baru. Walaupun PSU tersebut dapat digunakan dengan bantuan adapter yang ada, tetapi dalam prakteknya akan menguras pasokan daya pada jalur 12 Volt. Oleh karena itu, apabila terpaksa menggunakannya, harus diperiksa secara seksama dan harus berhati-hati. Kemungkinan juga, PSU tersebut tetap dapat digunakan walaupun tanpa memakai konektor 4-pin 12 Volt, dan komputer dapat bekerja, tetapi disarankan agar tetap berhati-hati dalam penggunaannya.
Ø  PSU ATX12V versi 1.x memiliki distribusi daya yang sengaja dirancang untuk sistem komputer Pentium 4 dan Athlon XP. Meskipun demikian, sebagian besar PSU ini juga cocok digunakan untuk komputer-komputer (platform ATX) sebelumnya, karena PSU ATX12V versi 1.x memberikan pasokan daya (power) relatif cukup pada jalur 3,3 Volt, 5 Volt, maupun 12 Volt. Namun, PSU ATX12V versi 1.x tidak dianjurkan untuk digunakan pada motherboard-motherboard ATX12V versi 2.x, karena sistem motherboard tersebut memerlukan pasokan daya yang lebih besar pada jalur 12 Volt serta sedikit daya pada jalur 3,3 Volt dan 5 Volt. PSU ATX12V versi 1.x tidak (kurang) mendukung distribusi daya semacam ini.
Ø  PSU ATX12V versi 2.x memiliki distribusi daya yang sengaja dirancang untuk sistem komputer Pentium 4 dan Athlon XP versi terakhir serta dirancang untuk sistem komputer-komputer Core 2 Duo dan Athlon 64 atau yang segenerasi/sederajad dengannya. PSU ini juga bisa digunakan untuk komputer Pentium 4 dan Athlon XP versi awal, tetapi kurang optimal karena distribusi daya pada PSU ATX12V versi 2.x lebih ditekankan (lebih besar) pada jalur 12 Volt. Selain itu, PSU ATX12V versi 2.x juga dapat digunakan pada komputer-komputer tipe lama sebelum era sebelum Pentium 4, tetapi sangat kurang optimal, sebab sebagian besar pasokan daya pada jalur 12 Volt tidak akan digunakan, sedangkan pada jalur 3,3 Volt dn 5 Volt akan kelebihan beban (kekurangan daya). Oleh karena itu, penggunaan PSU ATX12V versi 2.x pada komputer tipe lama sebelum Pentium 4 tidak dianjurkan.
Ø  Sistem komputer (motherboard) yang menggunakan bus ISA cocok menggunakan PSU ATX versi awal, versi 1.0, versi 1.1, atau versi 1.2, karena PSU ini menyediakan pasokan listrik -5 Volt. Bus ISA pada motherboard  memang memerlukan pasokan listrik -5 Volt. PSU ATX12V versi 1.3 atau setelahnya, tidak lagi menyediakan pasokan listrik -5 Volt, sehingga PSU ini tidak cocok untuk sistem komputer yang menggunakan bus ISA, kecuali jika pada board (motherboard) tersebut menyediakan konverter DC ke DC yang memasok listrik -5 Volt.

Perlu diketahui bahwa panduan atau pertimbangan praktis tersebut di atas tidaklah sesuai untuk desain komputer server/workstation kelas atas (high end), sebab komputer server/workstation tadi memerlukan tipe PSU khusus yang harus tepat sama persis seperti yang dikehendaki.









12. Hal-hal penting lainnya tentang PSU

§  Umumnya PSU komputer menyediakan lebih dari satu jalur kabel (pasokan listrik) bertegangan +12 Volt (kabel berwarna kuning). Desain semacam ini memang lebih baik untuk menjaga stabilitas dengan cara menyebarkan beban daya ke semua jalur kabel +12 Volt secara merata, sekaligus untuk membantu atau menghindari terjadinya kelebihan beban (overloading) pada salah satu jalur kabel tadi. Berkaitan dengan jalur +12 Volt ini, perlu diketahui bahwa:

Ø  Pada PSU komputer, jalur pasokan bertegangan +12 Volt yang satu dengan lainnya tampak terpisah. Namun, sebenarnya pasokan listrik tersebut tidak dihasilkan secara terpisah. Pemisahan jalur ini tidak mengakibatkan timbulnya gangguan-gangguan pasokan listrik (interferensi) antar jalur yang satu dengan lainnya.
Ø  PSU ATX12V versi 2.x dan EPS12V menggunakan standar IEC 60950. Standar ini menetapkan (mensyaratkan) bahwa pada setiap jalur pasokan listrik +12 Volt tidak boleh menggunakan lebih dari 240 volt ampere. Hal ini bermakna bahwa pada setiap jalur listrik +12 Volt tidak boleh menggunakan arus lebih dari 20 A.

§  PSU komputer mungkin memiliki proteksi (perlindungan) terhadap terjadinya hubungan singkat (konsleting), proteksi terhadap kemungkinan terjadinya kelebihan beban (overload/overpower), proteksi terhadap kemungkinan terjadinya overvoltage (tegangan melebihi batas toleransi) dan undervoltage (tegangan di bawah batas toleransi), proteksi terhadap kemungkinan terjadinya overcurrent (arus tinggi melebihi batas toleransi), serta proteksi terhadap kemungkinan terjadinya over temperature (temperature tinggi melebihi batas toleransi).
§  Tedapat kesalahpahaman pada sebagian masyarakat dalam menilai PSU. Banyak diantara mereka yang mengira bahwa PSU yang memiliki kapasitas output daya yang lebih besar (Watt yang lebih besar) selalu lebih baik dibandingkan PSU yang memiliki kapasitas output daya yang lebih kecil. Kenyataan sebenarnya tidaklah selalu seperti itu. PSU yang memiliki output daya besar seringkali kurang efisien bila mendapatkan beban kerja yang ringan (misalnya beban tersebut hanya sebesar 20% dari kemampuan yang sebenarnya), dan akan banyak ‘limbah’ listrik yang terbuang.  Selain itu, PSU dapat mati dengan sendirinya (shut down) atau mengalami malfungsi apabila mendapat beban kerja yang sangat ringan atau di bawah kondisi tanpa beban.
§  Kesalahpahaman lainnya yang juga terjadi pada sebagian masyarakat adalah timbulnya pendapat yang mengatakan bahwa semakin besar kapasitas Watt total, sangat cocok digunakan untuk komputer-komputer yang menggunakan kartu grafis kelas high-end yang rakus daya. Padahal sebenarnya, dasar pertimbangan yang harus digunakan untuk menentukan kesesuaian PSU dengan kartu grafis modern kelas high-end, terletak pada output daya total yang dikeluarkan pada jalur +12 V. Karena kartu grafis tersebut lebih banyak bekerja (beroperasi) pada tegangan +12 V, bukan pada semua jalur yang ada.  Jika output daya total yang dikeluarkan melalui jalur +12 V lebih besar dibandingkan kebutuhan minimum kartu grafis, maka PSU tersebut sepenuhnya dapat digunakan untuk mendukung penggunaan kartu grafis tadi. Walaupun demikian, sudah seharusnya pengguna PSU tetap memperhitungkan kebutuhan daya dari perangkat atau komponen lainnya seperti CPU (prosesor), disk drive, optical drive dan lainnya yang juga membutuhkan pasokan daya dari jalur +12 V.


12.1  Menjaga PSU dari kerusakan

Terdapat beberapa upaya yang sebaiknya dilakukan untuk menjaga agar PSU tetap berfungsi normal dan untuk memperpanjang usia pemakaian PSU. Upaya-upaya tersebut antara lain:

a.   Penggunaan stabilizer tegangan listrik (Stavol)

Stavolt kependekan dari stabilizer voltage, adalah alat yang berfungsi untuk menstabilkan tegangan (voltase) listrik yang masuk ke komputer atau perangkat elektronik lainnya. Stavolt akan terus menerus menjaga agar supplai tegangan ke PSU (komputer) tetap stabil supaya komputer dapat bekerja normal. Stavolt ini berguna untuk melindungi PSU (komputer) dari pengaruh lonjakan (kenaikan) tegangan, atau dari pengaruh kemerosotan/penurunan tegangan. Stavolt sering juga disebut dengan nama AVR (Average Voltage Regulator).
Selain itu, dengan menggunakan stavolt ini diharapkan komponen-komponen komputer terutama PSU, dapat lebih awet. Sebab, banyak perangkat elektronika yang rusak akibat pengaruh tegangan listrik yang tidak stabil.

b.   Menjaga PSU agar tidak panas.

Panas yang berlebihan yang dikeluarkan oleh PSU, adalah masalah kedua yang dapat mengakibatkan PSU cepat rusak. Oleh karena itu, kipas (fan) PSU harus selalu dijaga agar tetap berputar dan berfungsi normal, sehingga PSU tetap dingin dan terpelihara temperaturnya (berada pada rentang temperatur yang dapat ditoleransi).

c.   Membersihkan debu dari PSU

PSU harus dijaga tetap bersih terbebas dari debu, karena debu berpengaruh buruk pada PSU. Debu yang lembab (akibat pengaruh udara lembab) dan jumlahnya banyak, dapat mengakibatkan terjadinya hubungan arus pendek (konsleting). Debu juga dapat mengakibatkan kipas PSU lamban berputar atau macet. Komputer yang lama tidak digunakan, seringkali mengandung debu cukup banyak di dalam PSU.


12.2  Tanda-tanda umum kerusakan pada PSU

PSU yang mulai mengalami kerusakan (bekerja tidak normal) biasanya memperlihatkan tanda-tanda tertentu. Tanda-tanda yang umum terjadi, antara lain:

Ø  Komputer sering melakukan booting sendiri secara spontan.
Ø  HDD (harddisk drive dan kipas/fan) secara serentak tidak mau berputas.
Ø  Komputer tidak mau nyala (‘on’) ketika tombol on/off ditekan.
Ø  Terjadi overheating pada PSU.
Ø  Terjadi goncangan akibat elektrik yang dapat dirasakan pada casing atau konektor
Ø  Sulit di-on-kan, harus menunggu waktu yang agak lama dari biasanya.
Ø  Kadang-kadang mau dinyalakan, kadang-kadang tidak.
Ø  Tegangan yang dikeluarkan oleh PSU tidak normal (terlalu tinggi atau mungkin terlalu rendah, keduanya di luar batas toleransi)

Kadang-kadang, PSU terlihat seakan-akan bekerja normal, namun komputer selalu memberikan pesan terjadi masalah yang secara rinci mengacu pada adanya masalah memori. Teknisi yang kurang berpengalaman akan mengira terjadi kerusakan pada memori. Padahal, sebenarnya kerusakan itu terjadi pada PSU yang tidak dapat bekerja dengan normal. Pesan semacam ini memang seringkali menyesatkan dan tampak aneh.


12.3   PSU komputer merk DELL

Unit komputer (PC) tipe lama produksi perusahaan Dell dikenal memiliki sistem PSU sendiri yang berbeda dengan PSU standar ATX yang ada. PSU tersebut produk mereka sendiri dan digunakan untuk sistem komputer Pentium II dan Pentium III. Konektor ATX yang digunakan pada motherboard tampaknya standar, dan seakan-akan cocok dipasangkan dengan PSU standar, namun kenyataannya berbeda. Konektor tersebut tidak kompatibel dengan PSU ATX standar yang ada. Letak (posisi) sejumlah kabel telah berubah dan tidak sama dengan letak (posisi) kabel pada PSU standar ATX umumnya. Tidak hanya memiliki posisi kabel yang beralih dari lokasi satu ke lokasi lainnya, besar tegangan listrik yang diberikan juga telah berubah. Perubahan ini tidak hanya terjadi pada konektor 20 pin, tetapi juga pada konektor tambahan (auxiliary) 6-pin. Jadi, tindakan untuk penyesuaiannya dengan PSU ATX standar umumnya, lebih sulit dilakukan, karena tidak cukup hanya dengan pengaturan kembali pin-pin yang ada. Pengubahan besar tegangan pada setiap jalur kabel perlu disesuaikan kembali.
Sistem komputer merk Dell yang lebih modern mungkin saja menggunakan konektor ATX standar. Meskipun demikian, haruslah hati-hati bila mencampurkan komponen-komponen komputer (motherboard dan PSU) merk Dell dengan non Dell, karena dapat mengakibatkan kerusakan pada PSU atau komponen-komponen lainnya. Kode warna pada kabel-kabel PSU mungkin tidak sama dengan kode warna yang ada pada PSU ATX standar. Bila ingin mengetahuinya, sebaiknya memeriksa dulu informasi tentang diagram pengkabelan yang biasanya disediakan pada halaman dukungan Dell.

Lampiran 1.  Distribusi tegangan listrik dari PSU ke berbagai komponen komputer

Keterangan:
Distribusi power seperti yang tertera pada tabel, tidak berlaku mutlak. Sebagian besar bergantung pada tipe/model/merk komponen itu sendiri. Sebagian komponen komputer ada yang tidak membutuhkan tegangan-tegangan tertentu, menyimpang dari informasi yang tertera dalam tabel.
 

lampiran 2.  Contoh hasil tes (pemeriksaan) distribusi penggunaan daya dari enam buah sistem PC. (Sumber:  www.silentpcreview.com, judul artikel ‘Power Distribution within Six PCs.’   Susunan penyajian data telah dimodifikasi oleh penulis).

 
Spesifikasi enam buah sistem PC yang diukur distribusi dayanya:
 
Berikut ini disajikan hasil pengukuran distribusi daya dari keenam sistem PC tersebut pada kondisi komputer sedang bekerja pada beban berat.

a.  Distribusi daya pada berbagai sistem PC pada beban berat.

b.  Distribusi daya pada berbagai sistem PC pada beban berat. (dalam satuan Watt)


c.  Persentase distribusi daya pada berbagai sistem PC pada beban berat. 


Sebagai bahan perbandingan, berikut ini juga disajikan hasil pengukuran distribusi daya dari keenam sistem PC tersebut pada kondisi komputer sedang idle (tanpa beban/beban ringan).

d.  Distribusi daya pada berbagai sistem PC pada kondisi idle.


 e.  Distribusi daya pada berbagai sistem PC pada kondisi idle. (dalam satuan Watt)


f.  Persentase distribusi daya pada berbagai sistem PC pada kondisi idle. 

Konsumsi daya listrik beberapa bagian (perangkat) komputer pada variasi kondisi beban kerja, disajikan berikut ini.

g.  Konsumsi daya listrik drive optic (optical drive)


h.  Konsumsi daya listrik beberapa jenis kartu grafis


i.    Contoh distribusi pasokan daya yang sebenarnya yang dihasilkan oleh PSU AT 300 Watt


j.    Contoh distribusi pasokan daya yang sebenarnya yang dihasilkan oleh PSU ATX 300 Watt


 
k.   Perbandingan form factor dan kompatibilitas PSU dengan berbagai form factor case dan motherboard









 

4 comments:

Anonymous said...

I just want to let you know that I just check out your site and I find it very interesting and informative.. Lenovo Power Supply

el redu said...
This comment has been removed by the author.
Paipai said...

thanks gan sudah share
lampu service hp

janoko said...

makasih ilmunya